Terluka

 


Ada banyak hal yang tidak perlu orang lain ketahui, misalnya bagaimana caraku untuk menyembunyikan luka. Unknown


Aku sedang mengingat kejadian beberapa hari lalu, hal yang ingin segera aku abadikan.



Tepat dijam 06.55 CLT saat ini, aku duduk didepan meja pribadiku. 


Meja bewarna hitam polos, setinggi satu meter lebih menyilang dihadapanku, diatasnya tertata rapi bahan bahan makanan dan roti, ada pisang, cokelat, cocoa, rolling pin, dan masih banyak lagi.

Ini adalah meja, dimana aku menghabiskan waktu sehari hari, untuk membuat kue favoritku, mencari inspirasi makanan, atau sekedar leyeh leyeh ketika akan beranjak mandi dan handuk sudah melingkar dileher, tapi mood selalu melarangnya.


Letak meja yang berada diruang tengah, bersebrangan dengan dapur, berlawanan arah dengan kamar mandi, dan tempat paling terbaik untuk melihat suasana rumah, dan ini menjadi salah satu tempat yang paling nyaman dirumah kecilku.


Tidak ada suara apapun saat ini, hening sekali,  suara yang menembus telingaku adalah suara keyboard di handphone yang aku gunakan, suara detak jam yang terus berputar, dan suara nafas berat suamiku yang sedang tertidur lelap.


Mas aii sedang sakit,

Badannya panas dan berkeringat.


Berawal dari dua hari yang lalu, aku mengeluhkan sakit gigiku, gusi belakangnya bengkak dan beberapa jam kemudian pipiku memar dan terlihat besar sekali. 

Dan dihari kamis pagi aku menangis, benar benar sakit sekali, bahkan untuk makan sesuap bubur pun aku masih saja kesulitan.

Mas aii memberikan aku obat pereda nyeri, dia  meyakinkan, bahwa sebentar lagi pasti sembuh.


Tepat dihari kamis itu, hari dimana mas aii harus bekerja, jam delapan pagi harus segera berangkat ke kantornya, namun aku memohon untuk izin, rasanya aku tidak ingin ditinggalkan sendiri dirumah, dan ahirnya dia meminta untuk izin libur dan Alhamdulillah diizinkan.


Sekitar jam dua belas siang, setelah mas aii merawatku dan membelikan aku obat sakit gigi, dia tertidur pulas disampingku. Sesekali aku melihatnya dengan seksama ketika wajahnya sedikit merintih, seolah ada hal yang sedang terjadi dengannya. 

Aku membangunkannya pelan dengan menggoyangkan sedikit badannya 


“Ada apa?” Tanyaku, 

“Tidak enak badan” jawabnya pelan.

Kemudian aku memberinya secangkir teh hangat, dan memijat lembut tangan dan kakinya.


Esok paginya,

Aku terbangun lebih dulu, karena nyeri gusiku tidak kunjung sembuh dan aku menangis pelan, ketika aku menyentuh bagian lengan mas aii untuk membangunkannya, aku benar benar terkejut bahwa badan mas aii panas, wajahnya memerah dan ia meminta selimut padaku, buru buru kuseka air mataku dan memeluknya.


Ini sudah ketiga kalinya kami harus merasakan sakit berdua, pertama dibulan Agustus lalu, ketika masa pandemi Covid menyerang, mas aii demam dan selang satu hari aku juga ikut jatuh sakit, yang kedua kali adalah ketika hari Ied fitri beberapa bulan lalu, waktu dimana seharusnya bisa kami rayakan dengan bahagia tapi kami berdua harus berbaring diatas kasur selama satu minggu penuh, dan saat inipun kami juga merasakan hal yang sama.


Setelah aku memberikan obat dan teh hangat , dia melarangku untuk tidak terlalu dekat, bahkan tidur kamipun harus dikasur yang berbeda, sebab mas aii bilang jangan pernah sakit berdua untuk kesekian kalinya, jadi harus menjaga jarak dan sehat.

Aku menurut dan mengiyakan.


Di hari Jumat siang sakit gusiku sudah mereda, walaupun bengkaknya belum kembali normal. Buru buru aku memulai aktifitas seperti biasa, membersihkan dapur, merapikan meja, dan menyapu lantai yang sudah kotor, dan ketika aku mengambil sampah tanganku menyentuh sesuatu yang tajam dan,


Huft, jariku luka dan berdarah.

Tidak terasa air mataku jatuh, aku merasa bahwa saat ini hati sedang tidak baik baik saja. 

Segera aku membersihkannya, mencucinya dengan air dan kulap dengan tissue kering.

 Terlihat berlebihan mungkin, “terluka sedikit saja menangis!”. Tapi entahlah, aku bahkan tidak mengerti kenapa hati dan fikiran saat ini benar benar rapuh, ada rasa sesak didada, dan perasaan yang menghantui.


Beginilah rasanya, kalau harus merasakan orang yang kita sayangi terbaring sakit dan lemas, bukan hanya sedih tapi diri ini juga hancur karena tidak bisa mampu menjaga keluarga kecilku sehat selalu.


Yang ada dibenakku saat ini adalah aku harus menjaga keluargaku dengan sangat baik, dan yang paling penting adalah kesehatan kami berdua. 

Saat ini, aku hanya bisa terus berdoa agar semuanya terus baik baik saja.

Aku sayang sekali dengan suami dan keluargaku.

Semoga Allah mempermudah semuanya, semoga Allah selalu memberikan kesehatan, dan kehidupan yang cukup dan tentram selamanya. 


Allahumma amin❤️





Komentar