Senandung Malam

 


Udara malam menyelimuti diri, hujan terus bergemuruh diatas atap, suaranya nyaring sekali. Lantaran aku dan keluarga sedang berada diatas kapal untuk menyebrang laut Selat Sunda, tepatnya dari pelabuhan Merak menuju Bakaueni.


Ini pertama kalinya, aku berada diatas kapal dengan keadaan hujan yang sangat deras, beberapa atap bocor membasahi sudut kapal, orang orang kebingungan mencari tempat yang nyaman untuk sekedar menyelonjorkan kakinya. Begitu juga dengan hentakan ombak yang tak ingin kalah, menggoyangkan kapal kesana kemari, memperingati manusia agar selalu waspada dan kerap mengingat TuhanNya.


Aku duduk termenung dideretan bangku tempat penumpang beristirahat, mas aii duduk didepanku menikmati sekotak nasi yang diberikan saudara, tempat kami berkunjung tadi.


"ah sabar, dasar bodoh"

kami serentak menoleh, dari pintu masuk terlihat suara perempuan yang menyeru pada salah satu laki laki yang datang bersamanya. Disana terlihat bahwa itu adalah pasangan suami istri dan satu laki laki yang kemungkinan adik atau temannya, entahlah.


"kamu itu yang tolo*"

"dasar bajinga*, kamu tau nggak, kalau kamu itu lebih toto*!!"

Suara laki laki meninggi, tak sungkan membentak si perempuan didepan halayak ramai.


Segerombolan wanita separuh baya yang duduk disamping kami terdiam, tangannya masih membawa kue yang akan dimakan, mulutnya setengah melongo, dan pandangannya teralihkan dengan perseteruan tersebut. 


Mereka bertiga duduk tepat dibangku belakang kami, salah satu laki laki tersebut menenangkan, namun tak peduli, mereka tetap beradu mulut, laki laki yang menenangkan mulai kelelahan dan sedikit menunduk, sepertinya malu karena telah menjadi pusat perhatian dalam ruangan tersebut.

Si perempuan mulai menyudahi, ia membuka plastik hitam yang dibawanya, menyodorkan makanan dan berusaha menenangkan sang suami.



Sang suami sudah naik pitam, amarahnya tidak terkendali.

"kamu itu nggak pernah hargai saya, selalu kurang ajar, toto* memang!" si laki laki tak peduli bahwa beberapa penumpang lainnya mulai terdiam, memperhatikan mereka.


"iya sudah, maaf" si perempuan memohon sekali lagi.

si laki laki terus berbicara dengan sangat kasar, terus memakinya dan berakhir ia keluar ruangan dan meninggalkannya.


Aku termenung, tak habis fikir.

Ternyata benar adanya, bahkan terjadi langsung didepan mataku sendiri.

Setelah seharian aku mendapati gosib yang beredar di sosial media, berbagai masalah rumah tangga yang begitu keras, sampai ibu ibu ramai membicarakan si idola penyanyi dangdut yang diselingkuhi dan mendapat DKRT dari seorang suami yang banyak dikagumi para wanita karena ketampanan, dan keharmonisannya pada istri, lalu kejadian salah seorang artis papan atas dengan kesabaran luar biasa menghadapi sang suami yang sudah berselingkuh bertahun tahun, yang berhasil membuat para ibu ibu kompleks tak henti henti menyatakan kekecewaan pada ekspetasi idolanya.


Rasanya sakit sekali, menyadari bahwa ternyata masih tersisa laki laki yang jauh dari kata pantas menjadi seorang pemimpin keluarga. Laki laki yang tidak lagi mengingat akan janjinya pada Sang Ilahi Rabbi, yang seharusnya mampu menjaga bahtera keluarganya. 


Lagi pula, tidak perlu sempurna untuk menjadi seorang pemimpin, celah celah kekurangan akan selalu ada dalam diri manusia, namun bukan berarti dia lupa akan kewajibanya, bukan berarti dia punya kuasa yang besar dalam berumah tangga. Cukuplah menjadi laki laki yang selalu menghargai pasangan, dan tidak pernah menoleransi kekerasan. 

Bahkan sebenarnya, perempuan itu tidak keras kepala, hatinya begitu lembut dan rapuh, ketika ia marah cukup peluklah, dekaplah dengan kelembutan bahu seorang laki laki, bicaralah dengan tenang dan katakan bahwa kamu sangat menyayanginya. 

Sungguh, tidak ada wanita yang tak mereda setelah perlakuan tersebut.


***

Tetttttt....

Suara kapal menyeru, menandakan bahwa kami akan sampai.

Para penumpang mulai terbangun dari tidurnya, sibuk mencari cari pasangan sendalnya dikolong kursi, beberapa penumpang lainnya bergegas menuju pintu keluar. Dan aku akan membereskan barangku, sembari menyudahi tulisan kecil kali ini.



Terimakasih sudah menemaniku isi kepalaku malamku kali ini. 

Pelabuhan Bakauheuni, 00.34 WIB

Komentar