Jangan menikah

 

JANGAN MENIKAH


Judul diatas, hanya diperuntukan kepada orang orang yang belum siap menerima kehidupan yang baru, orang orang yang belum siap dengan konsekuensi punya skill baru, yaitu multitasking, orang orang yang belum mau bertekad kuat dan *mau merubah kebahagiaan dengan hal sangat yang nyata.


Sebenernya ini hal yang lumrah banget kalau aku bicarain tentang pernikahan, sesuatu yang biasa banget untuk disampaikan, sampai kadang, buat orang yang belum nikah, ini jadi hal yang enggak perlu didengarkan dan dipelajari.


Dan alasan kenapa aku nulis judul ini sekarang adalah, aku mau kasih tau kalau memilih menikah itu enggak semenyedihkan atau seharmonis yang orang orang kira.


Jadi singkatnya, beberapa hari lalu, aku lagi ngobrol dengan salah satu temanku, kita bicara panjang lebar, sampai ahirnya dia jelasin kalau semua keperluan hidupnya saat ini, masih ditanggung ibu dan ayahnya, semua mulai dari hal terkecil sampai kebutuhan primer.


Dan sebagai anak perempuan dengan usia matang, dan beradi diperantauan, aku terkesima dan bilang "wah enak banget ya, kamu masih diperhatiin sedetail ini sama orang tuamu."

Dan entah kenapa dia memilih kata ini untuk jadi jawabannya

"Makanya jangan nikah duluan!" 


Hmmm. Lumayan masuk dalam uluh hati, tapi wajib aku klarifikasi.


Jadi maksud dari pernyataanku sebelumnya adalah, dia harus bersyukur kalau masih ada orang tua yang setulus dan sebaik itu masih mau merawat anak perempuannya yang sudah berusia duapuluh lima tahun dengan serinci itu, belum lagi jarak antar negara, yang kadang buat orang tua lainnya enggak bisa full take care untuknya, dan pastinya juga banyak banget yang berharap punya orang tua semengagumkan itu, karena enggak semua orang bisa seberuntung dia.

Lagi pula, masih banyak banget anak gadis lainnya yang harus hidupin dirinya sendiri, yang dikirim uang bulanan pas pas an, jangankan keperluan pribadi, uang tambahan untuk berlibur aja kadang masih banyak yang belum bisa dapatin itu.


Dan mungkin maksudnya dengan kalimat itu, menunjukkan kalau aku jadi enggak seberuntung dia, karena memilih untuk menikah :(

Yang menurut dia menikah membuat hidupku jadi yang awalnya bisa dikasih apapun sama orang tua, terus sekarang jadi enggak bisa rasain semua itu lagi.


Meanwhile, yang sebenarnya terjadi.

Justru rezeki ku setelah menikah bisa jauh lebih baik ko, Alhamdulillah bisa makan enak, handphone terbaru,nabung, beli baju dan skincare kapan aja, dan keuanganku jauh lebih membaik dari yang orangtuaku sanggup beri dulu, bahkan sekarang sesekali aku kirim hadiah untuk semua keluargaku tanpa terkecuali, jadi ya bisa dapatin banyak hal yang mau.

Kiriman uangku dulu pas banget, harus hemat diahir bulan, biar bisa jalan jalan, belum lagi aku harus penuhi kebutuhan pribadi sebagai seorang perempuan, kayak make up dan skincare juga.


Tapi yang terpenting, orang orang menikah juga enggak sebahagia itu. 

Ada yang masih berusaha, ada juga yang masih meraba soal finansial pernikahan.


Enggak semua jawabannya, karena menikah kok. 

Jadi plis, yang belum rasain pernikahan jangan sekali kali menyalahkan keputusan yang terjadi pada diri orang lain, apalagi pernikahan seseorang kan, keputusan besar. 

Bekerja, menikah, memiliki anak adalah takdir yang sudah ditentukan. Manusia sudah berusaha menjalaninya, dengan harapan yang selalu bahagia. 


Belum bahagia terus alasannya karena menikah adalah hal yang salah besar. 


Okay, semoga faham ya sampe sini.

Komentar